Selasa, 19 Maret 2013

RAHASIA SUKSES PARA SUFI

RAHASIA SUKSES PARA SUFI

Dalam dunia sufi kita tahu dan mengenal adanya maqam-maqam atau tingkatan-tingkatan dalam usaha kita taqarrub illallah, antara lain ada dan di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang hal-hal tersebut. Al-quran adalah sumber referensi segala urusan di dunia yang sangat lengkap dan luar biasa, begitupun halnya dengan ayat-ayat yang menerangkan tentang upaya manusia untuk menerangkan tentang upaya manusia mendekatkan diri kepada Allah ataupun upaya menuju sufistik.

Karena para sufi yang ikhlas merupakan orang-oarang takwa yang mengetahui hakikat manusia yang rendah di dunia ini, maka rahasia kesuksesan para sufi adalah bahwa mereka berupaya meninggikan dan membersihkan jiwa mereka sehingga mereka menemui zat Allah Swt. dalam keadaan aman dan tentram. Dan ketakwaan mereka kepada Allah Swt. senantiasa melimpahkan berbagai kegembiraan dan kebahagiaan dalam kelapangan dada mereka dan sorot pandanag mereka yang berbinar-binar.

Ikhlas menurut bahasa artinya: suci, murni, bersih, tidak bercampur dengan yang lain atau jujur. Sedangkan menurut istilah syariat islam yaitu: mengerjakan amal ibadah semata-mata mengharapkan keridho’an Allah SWT Keikhlasan merupakan kesetiaan atau loyalitas yang tertinggi yang semata-mata ditujukan kepada Allah SWT.
Menurut AL-Jurjani, secara bahasa ikhlas adalah meninggalkan riya’ dalam upaya menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. Ikhlas mengandung arti pembersihan jiwa dari kotoran-kotoran yang dapat mencemari sifat-sifatnya.
Al-Qasyani berkata dalam buku Latha’if Al-I’iam bahwa yang dimaksud dengan ikhlas adalah membersihkan setiap perbuatan hati atau badan dari setiap campuran sehingga perbuatan sang hamba hanya untuk Allah Swt. Semata.
Dengan Ikhlaslah manusia bisa memasuki surga Allah, karena ikhlas adalah kunci diterimanya amal manusia dan diganjar oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Az-Zumar : 2-3

إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Artinya :“Sesungguhnya kami turunkan kitab (Al-qur’an) itu kepada engkau dengan kebenaran. Oleh karena itu, sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama semata-mata karena-Nya. Ketahuilah bahwa agama yang suci-murni itu kepunyaan Allah.”

Maksud dari ayat ini adalah bahwa pelaksanaan keagamaan yang bersih dari setiap campuran keriyaan atau keinginan memperoleh pujian demi meraih kedudukan dan kehormatanlah yang akan diteriman oleh Allah Swt. Dengan demikian, secara umum, pengertian dari hal-hal yang mengotorinya, yaitu keuntungan-keuntungan yang bersifat duniawi.

Adapun ikhlasnya orang-orang yang terpilih (khawwash) adalah menghindar terlihatnya suatu perbuatan dari perbuatan, sehingga engkau tidak berbangga diri dengan perbuatan tersebut dan engkau tidak memiliki keyakinan untuk berhak mendapatkan pahala darinya, karena engkau tidak menjadikan Allah Swt. rida dengan perbuatan itu dan engkau tidak memandangnya layak dipersembahkan kepada-Nya. Bahkan engkau memandang bahwa perbuatan tersebut adalah nikmat dan anugerah dari Al-Haqq kepadamu bukan datang dari dirimu sendiri.
Orang yang mengikhlaskan hartanya hanya kepada Allah tanpa ada niat lain maka ia akan dijauhan dari api neraka dan baginya.
Seperti yang telah disampaikan dalam ayat Al-Lail: 17-21

Barometer Ikhlas Menurut Al-Muhasibi
Al- Muhasibi membuat suatu barometer yang sangat jelas agar seseorang mengetahui seberapa jauh keikhlasannya dalam melakukan suatu perbuatan dan supaya mngetahui bahwa dirinya seorang mukhlish atau bukan.

Sesuatu yang dapat membantu keikhlasan adalah bahwa seseorang hendaknya melakukan kebaikan sedapat mungkin secara sembunyi-sembunyi. Jika suatu perbuatan baik memiliki akar dalam hati, kemudian diupayakan secara tidak diketahui oleh orang lain, maka perbuatan tersebut akan tampak bening di dalam jiwanya dan akan bersih dari berbagai kotoran, serta pahalanya sangat banyak, Karena para sufi yang ikhlas merupakan orang-oarang takwa yang mengetahui hakikat manusia yang rendah di dunia ini, maka rahasia kesuksesan para sufi adalah bahwa mereka berupaya meninggikan dan membersihkan jiwa mereka sehingga mereka menemui zat Allah Swt. dalam keadaan aman dan tentram.

Seorang sufi adalah orang yang memiliki beberapa keistimewaan seperti niat, kehendak, ketakwaan, dan keikhlasan. Karena keistimewaan inilah jiwa seorang sufi berada dalam keadaan bersih dan tulus. Niat, kehendak, dan ketakwaannya murni hanya untuk Allah Swt. Ia senantiasa memakmurkan batinnya dengan setiap hal yang mengandung hak, keadilan, dan kebaikan untuk dirinya dan orang lain.
Para sufi menerapi berbagai penyakit jiwa dan hati melalui ajakan mereka kepada setiap orang sakitnya untuk melakukan kejujuran, keikhlasan, dan selalu memakan makanan-makanan yang halal, dan senantiasa berdzikir kepda Allah Swt.

Sebenarnya seorang manusia menemukan bahwa kesehatan jiwa dapat dicapai dengan menghindari kedustaan. Bahkan At-Tustari berpendapat bahwa yang merupakan hal haram itu adalah kedustaan, penipuan, kekerasan hati, kedzaliman, dan keterus-menerus dalam dosa.

Titik Tolak Ukur
Betapa tingginya nilai ikhlas atau niat yang baik selain ditandai dengan peranannya dalam memberikan pengarahan amal perbuatan yang luhur juga mendapatkan penilaian khusus.
Ikhlas itulah yang seharusnya menghayati niat, maksud atau motivasi pekerjaan itu dilakukan. Niat itulah yang menjadi titik tolak permulaan dalam segala amal, dan itulah yang menjadi kinerja ditolak atau diterimanya seseuatu amal. Keikhlasan dalam hati mengandung niat yang suci dimana yang ditujukan hanya untuk Allah SWT semata. Aturan ini terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Insan ayat: 8-9

Apabila pekerjaan itu dilakukan dengan niat untuk memperoleh keuntungan duniawi, maka keuntungan duniawilah yang akan didapatkan. Tetapi jika niatnya untuk memperoleh ridla Allah, maka ridla Allah-lah yang akan dijumpainya.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Hakim:
اخلص دينك يكفك العمل القليل) . رواه الحاكم)
Artinya: “Ikhlaslah dalam agama kamu, niscaya akan memadai bagimu amal yang sedikit”.

Kesempurnaan niat ikhlas dalam hati mengangkat derajat amal duniawi kepada qurbah yang maqbul di sisi Allah. Sebaliknya niat yang buruk meruntuhkan taqwa dan taat, sehingga tiada didapati di balik kepayahan bekerja melainkan, kegagalan dan kerugian.

Ikhlas perlu diterpkan pada setiap aspek dan medan kehidupan, baik yang menyangkut masalah ibadah maupun yang menyangkut masalah mu’amalah, karena pada prinsipnya hidup dan matinya seorang muslim selalu diarahkan kepada tujuan yang luhur yakni ridla ilahi.

Seorang mukhlish akan selalu mengingat Allah Swt. dalam setiap langkah, baik kecil atau besar. Ia akan selalu menjauhkan berbagai kesyubhatan dari jiwanya dan menelaahkan secara baik dalam memakan barang-barang halal. Sesungguhnya manusia yang paling bahagia jiwanya adalah orang-orang yang jiwa mereka diisi oleh kejujuran, hati mereka diliputi oleh keikhlasan, dan perut mereka diisi oleh makanan-makanan halal.

menanggapi hal tersebut, dengan jaminan dan janji Allah yang pasti ditepatinya kelak terhadap orang yang ikhlas. Sementara itu orang yang ikhlas, di dunia ini memperoleh sejumlah kelebihan dan keistimewaan berupa kelurusan (istiqomah), keberanian (saja’ah), ridla, dan ketenangan (sakinah).

ikhlas. ikhlas. dan ikhlas....;-0


Jika kamu tertarik dengan blog ini, bantu komen.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

    PSIKOLOGI

    More on this category »

    SUFISME

    More on this category »

    AKTIVITAS

    More on this category »

    SERBA-SERBI

    More on this category »