Jumat, 14 Juni 2013

ketangguhan sosial








Hidup di dunia ini dapat diibaratkan seperti pendakian menuju ke puncak gunung yang tiada berbatas. Artinya bahwa, puncak "gunung kehidupan" ini sebenarnya tidak ada, tetapi kematian itulah puncak dari kehidupan setiap orang. Cepat atau lambat setiap diri pasti akan menuju ke puncak gunung kehidupan yang sebenarnya, yaitu kematian. Namun demikian, dalam pandangan Islam, kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Tetapi, kematian itu justru permulaan dari kehidupan baru, yaitu permulaan kehidupan di alam akhirat.
Ini berarti bahwa puncak kehidupan bagi manusia yang sebenarnya adalah alam akhirat. Dalam kehidupan di alam dunia fana ini, diwarnai dengan aneka ragam dinamika kehidupan. Ada sebagian orang yang dapat hidup sukses, bahagia, sejahtera, berkedudukan tinggi dan tercukupi semua kebutuhan hidupnya. Mereka dapat berbuat apa saja dengan kemampuan ilmu, kedudukan ataupun ekonomi yang dimilikinya. Namun demikian, ada juga sebagian lain yang hidupnya terlunta-lunta, dijerat kemiskinan, kebodohan, dan sebagainya. Pendek kata, orang semacam ini, tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan hidupnya justru menjadi beban orang lain.
Maka dari itu perlu adanya ketangguhan sosial. Ketangguhan sosial adalah kecakapan untuk menentukan bagaimana kita menangani hubungan sosial atau bagaimana kita menyikapi interaksi sosial antara kita. Dalam membangun ketangguhan sosial ini, maka ada dua aspek yang paling menentukan, yaitu empati sebagai ketrmpilan sosial.

III. PEMBAHASAN
A. Ketangguhan Pribadi Dan Ketangguhan Sosial
Allah telah berfirman:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ لاَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ. (الانعام: 165)

"Dan Dia ialah Yang membuat kamu penguasa di bumi dan meninggikan derajat sebagian kamu, melebihi sebagian yang lain, agar ia menguji kamu dengan apa yang Ia berikan kepada kamu. Sesungguhnya Tuhan dikau itu Yang Maha-cepat dalam menghukum (kejahatan); dan sesungguhnya Dia itu Yang Maha-pengampun, Yang Maha Pengasih". (QS. Al An’am: 165).

Dalam benak kita mungkin muncul pertanyaan, faktor apa sebenarnya yang paling berperan dalam menjadikan seseorang itu dapat hidup sukses dan gagal? Apakah faktor nasib atau karena itu semuanya sebagai bagian dari proses kehidupan yang memang banyak berkaitan dengan persoalan kapasitas pribadi setiap orang? Apa sebenarnya yang menyebabkan sebagian orang dapat hidup sukses- dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing? Apakah karena faktor nasib atau keberuntungan yang berpihak kepada mereka atau karena mereka memang secara pribadi memiliki kelebihan (keunggulan) yang tidak dimiliki oleh orang lain?.
Bukankah setiap diri manusia diciptakan Allah dari bahan yang sama, struktur tubuh yang sama, makanan baik jenis dan porsi yang relatif sama, dan sebagainya. Tetapi, mengapa dalam perjalanan hidupnya ada sebagian yang sukses, namun ada sebagian lain yang gagal?. Ketangguhan pribadi
Secara umum, kesuksesan hidup seseorang itu karena dalam dirinya memiliki dua ketangguhan, yaitu ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial. Ketangguhan pribadi adalah ketika seseorang berada pada posisi atau dalam keadaan telah memiliki pegangan prinsip hidup yang kokoh dan jelas. Seseorang dikatakan tangguh ketika ia memiliki prinsip yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya.

B. Investasi zakat
Investasi Zakat Dalam Hubungan Sosial
“Katakanlah, Sungguh, Tuhan-Ku melapangkan rezeki bagi siapa yang Ia berkenan dari hamba-hamba-Nya, dan menyempitkannya. Dan tiada sesuatupun yang kamu nafkahkan yang tiada diganti-Nya. Ia-lah yang sebaik-baik Pemberi Rezeki”. QS As Saba’ ayat 39.
Zakat adalah suatu metode pembelajaran agar seseorang memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah salah satu bagian dari lingkungan sosial yang memiliki tugas untuk menjalankan missi-Nya sebagai rahmatan lil alamiin . Disamping tujuannya, sebagai sebuah tanggung jawab sosial ,zakat mengajarkan manusia untuk selalu melakukan sesuatu kolaborasi dengan lingkungan, sehingga tugas sebagai khalifah bisa berjalan lebih efektif dan lebih efesien
Lingkungan sosial adalah sebuah sumber daya yang penting untuk mendukung sebuah keberhasilan. Didalam hubungan sosial, begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh orang lain di sekitar kita, dimana kita bisa melakukan berbagai hal untuk mengisi kekosongan mereka melalui prinsip zakat atau prinsip memberi. Prinsip zakat itu bukan hanya sebatas memberi sebesar dua setengah persen dari penghasilan bersih yang kita miliki,tetapi prinsip zakat atau prinsip memberi dalam arti yang sangat luas, seperti memberi perhatian atau penghargaan kepada orang, memahami perasaan orang lain, menepati janji yang sudah anda berikan, bersikap toleran, mau mendengar orang lain, bersikap empati, menunjukan integritas, menunjukan sifat rahman dan rahim kepada orang lain, atau suka menolong orang.
Semua harus dipahami dalam arti yang sangat luas berdasarkan prinsip “Bissmillah”. Karena, zakat sebenarnya, adalah suatu kehendak dasar dari hati nurani manusia sesuai dengan suara hati, yang telah ditiupkan oleh Tuhan, yang berarti manusia pun memiliki rekaman sifat-sifat Tuhan, yang salah satunya adalah dorongan atau motivasi untuk bersikap rahman dan rahim atau pengasih dan penyayang. Zakat pada prinsipnya adalah memelihara lingkungan sosial dengan prinsip memberi, sehingga tercipta suatu sinergi, yaitu kerja sama antara seseorang atau kelompok orang, dengan orang lain, atau dengan kelompok lainnya dengan menghargai berbagai perbedaan yang ada.Keinginan berkelompok atau bersinergi sebenarnya adalah merupakan suatu dorongan suara hati nurani manusia yang juga merupakan suatu kebutuhan.
Hal di atas, akan menciptakan suatu hubungan dimana investasi kepercayaan akan tercipta dari kedua belah fihak. Zakat akan mencairkan sekali gus menghapus berbagai prasangka negatif ang terjadi akibat perbedaan sudut pandang atau persepsi dari kedua belah pihak, dan berubah menjadi suatu hubungan yang saling percaya dan membentuk investasi kometmen dua arah secara mendalam. Disini akan terbangun dan tercipta suatu landasan koperatif yang sangat positip, dan terfokus kepada suatu sinergi.
Melalui prinsip zakat, selain menghilangkan energi negatip, maka zakat akan membangun suatu investasi kridibilitas yang dibutuhkan sebagai sebuah batu loncatan untuk melakukan langkah aliansi (persekutuan) dengan orang lain. Menolong, atau membantu orang lain merupakan suatu investasi jangka panjang dalam rangka menanamkan benih kepercayaan yang sangat dibutuhkan didalam suatu aliansi. Karena, tidak ada suatu sinergi tanpa kepercayaan, dan tidak ada kepercayaan tanpa sikap memberi. Zakat adalah suatu prinsip yang memastikan akan pentingnya sikap “memberi ”ini.


C. Pentingnya bersinergi
Ketangguhan sosial adalah kecakapan untuk menentukan bagaimana kita menangani hubungan sosial atau bagaimana kita menyikapi interaksi sosial antara kita. Dalam membangun ketangguhan sosial ini, maka ada dua aspek yang paling menentukan, yaitu empati dan keterampilan sosial.
Empati adalah kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain. Beberapa indikator mengenai empati, antara lain:
1. Memahami orang lain (Understanding Others): Mengindra perasaan dan persfektif orang lain dan menunjukkan minat akatif terhadap kepnetingan orang lain.
2. Mengembangkan orang lain (Developing Others): Merasakan kebutuhan pengembangnan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain.
3. Orientasi Pelayanan (Service Orientation): Mengantisipasi, mengenali, dan beupaya memenuhi kebutuhan para pelanggan.
4. Memanfaatkan Keragaman (Leveraging Diversity) : menumbuhakna peluang dengan melalui pergaulan.
5. Kesadaran Politis (Political Awareness): mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.
Sedangkan keterampilan sosial, adalah kemampuan dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain. Beberapa indikator mengenai keterampilan sosial, antara lain :
1. Pengaruh (influence) : Memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi.
2. Komunikasi (communicatuion): mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan.
3. Manajemen Konflik (conflict management) : Penanganan masalah-masalah yang berkembang di dalam masyarakat.
4. Kepemimpinan (leadership): Memandu orang lain dengan membangkitkan inspirasi.
5. Katalisator perubahan (Change Catalyst): Memulai dan mengelola perubahan.
6. Membangun hubungan (building bonds) : menumbuhkan hubungan yang bermanfaat.
7. Kolaborasi dan Kooperasi (Collaboration and cooperation) : kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
8. Kemampuan tim (Team capabilities): menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
Penerimaan diri dan orang lain ialah proses untuk memulai membangun ketangguhan diri dan ketangguhan sosial, Yang mana perlu diawali dengan penerimaan diri dan orang lain tanpa bersyarat. Penerimaan diri adalah kemampuan untuk memahami dan merima kenyataan diri apa adanya. Demikian juga, penerimaan orang lain adalah kemampuan menerima orang lain apa adanya secara sadar. Menurut Carl Rogers, perubahan diri secara mendasar itu bisa terjadi hanya dimulai dengan penerimaan diri dan orang lain, bukannya dengan penolakan diri/orang lain. Menerima diri sepertinya adalah sesuatu yang sangat mudah, tetapi bagi sebagian orang ternyata menjadi persoalan tersendiri. Adapun, penerimaan bersyarat, akan menyebabkan seseorang berjalan terus-menerus mengejar syarat-syarat tertentu agar dapat diterima. Lama-kelamaan, kenyataan ini akan menjadikan diri kita letih dan pada akhirnya bukan tidak mungkin akan menimbulkan rasa putus asa. Karena ternyata syarat-syarat yang dikerjar itu tidak pernah tercapai.



DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient, Jakarta: Arga, 2001.

Jika kamu tertarik dengan blog ini, bantu komen.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

    PSIKOLOGI

    More on this category »

    SUFISME

    More on this category »

    AKTIVITAS

    More on this category »

    SERBA-SERBI

    More on this category »