Rabu, 15 April 2015

ANALISIS MIMPI





 ANALISIS MIMPI
By : Susi Kurniati


Pernah bermimpi? Sudah pasti pernah ya. Banyak perbincangan yang dikaitkan dengan mimpi, mulai dari pembahasan ilmiah sampai tentang primbon dalam mengartikannya. Meskipun fenomena sehari-hari, mimpi tetap misteri buat kita. Apakah Kamu juga merasa demikian? Ingin tahu misteri di balik mimpi kita? Nah, kali ini akan kita bicarakan tentang bagaimana analisa mimpi
Berbicara tentang mimpi memang menarik. Mimpi itu misterius, berwajah tanggung dan ambigu. Wujudnya kadang kabur dan melompat-lompat, namun ada juga yang teratur dan punya alur. Ketidakjelasan inilah yang membuat mimpi selalu menarik untuk dikaji.
Apa yang kita lihat atau alami di mimpi, juga mendatangkan reaksi yang berbeda-beda. Ada yang tersugesti untuk meyakininya sebagai kebenaran, ada juga yang menganggapnya seperti lampu-lampu hias teman tidur.
Bagi yang meyakini kebenarannya juga punya reaksi berbeda. Sebagian langsung merasakan emosi sebagai dampaknya, misalnya senang dan berbunga-bunga atau sedih dan gundah gulana. Sebagian yang lain menghubungkannya dengan kebenaran di masa lalu atau untuk meramalkan apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.
Sejak beratus-ratus tahun yang lalu nenek moyang kita bermimpi seperti halnya kita bermimpi pada saat ini dan sebagian dari mereka menganggap bahwa mimpi adalah sesuatu yang memiliki arti penting dan menganggapnya punya nilai, mereka menjadikan mimpi sebagai alat untuk meramal masa depan dan mencari isyarat atau petanda dalam mimpinya tersebut. Bagi masyarakat yunani tidak boleh ada tindakan apapun yang dilakukan tanpa ada petunjuk dari penafsir mimpi. Penafsiran berarti menemukan makna-makna tersembunyi dari mimpi tersebut.
Tafsir mimpi juga dilakukan oleh Nabi Ya’qub AS. sebagai nabi yang Juga menafsirkan mimpi sang anak yaitu nabi Yusuf AS. (QS. Yusuf 4-6) nabi Ya’qub memahami bahwa putranya Yusuf AS. Akan menjadi seorang nabi melalui tafsiran atas mimpi anaknya.
Menurit Ibnu Qutaibah mimpi ada dua yaitu Ar-Ru’ya dan Al-Hulm kedua kata ini sama-sama berarti mimpi yaitu merupakan sesuatu yang dilihat oleh orang yang sedang tidur. Lafal ar-ru’ya biasanya digunakan untuk untuk mengistilahkan mimpi yang baik dan indahsedangkan lafal al-hulm biasanya digunakan untuk mimpi yang buruk dan jahat. Menurut orang-orang arab (At-Turabatsyi) pemisahan lafal al-hulm dengan ar-ru’ya adalah untuk membedakan yang buruk dengan yang batil. Mimpi yang berasal dari Allah atau mimpi yang baik yang di istilahkan sebagai ar-ru’ya sedangkan lafal al-hulm dipakai untuk mimpi yang buruk yaitu mimpi yang berasal dari setan.

Mimpi Menurut Sigmund Freud
Mimpi merupakan ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang tidak bisa di ungkapkan dalam keadaan terjaga. Misalnya seorang anak yang biasa di buli teman-temannya di sekolah dia bermimpi balas memukuli atau membunuh teman yang membulinya.
Freud seringkali mengidentifikasi mimpi sebagai hambatan aktivitas mental tak sadar dalam mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan individu, beriringan dengan tindakan psikis yang salah, slip bicara (slips of the tongue), maupun lelucon.
Freud juga menjelaskan bahwa analisis mimpi perlu dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi pada pemimpi dalam kehidupan nyata. Terutama untuk peristiwa yang terjadi pada hari sebelumnya. Sebagian besar cerminan interpretasi mimpi berisi ketakutan, keinginan, dan emosi yang ada dalam pikiran bawah sadar.
Mimpi negatif dapat ditafsirkan sebagai peristiwa yang pemimpi berharap tidak akan terjadi. Misalnya saat kita bermimpi ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi, itu berarti kita berharap bahwa orang yang kita sayangi tidak akan meninggalkan kita.
Freud percaya bahwa mimpi adalah manifestasi dari harapan yang muncul dari pikiran alam bawah sadar yang sulit diakses kedalam alam sadar karena didalamnya terdapat berbagai emosi, termasuk ketakutan terbesar dan keinginan-keinginan yang bahkan tidak disadari karena ditekan oleh individu tersebut. Hal ini bisa disebabkab karena norma-norma dalam komunitas yang melarangnya, ataupun karena situasi yang tidak memungkinkan impuls-impuls tersebut termanifestasi. Maka, impuls-impuls tersebut tersimpan dalam alam ketidaksadaran seseorang yang akhirnya suatu waktu muncul di alam mimpi. Sama juga dengan mimpi buruk, tapi kebalikannya. Dalam mimpi buruk yang muncul adalah hal-hal yang sama sekali tidak diharapkan terjadi dialam sadar.

Freud menggunakan mimpi sebagai salah satu metode untuk menangani gangguan psikologis kliennya, yang disebut Analisis mimpi. Metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Analisis mimpi ini dimaksudkan untuk memberi jalan untuk mempermudah analisis psikologis terhadap neurosis
Freudian teori juga menyatakan bahwa mimpi membawa pesan. Alam bawah sadar tidak berkomunikasi dengan kata-kata melainkan dengan simbol dan emosi melalui mimpi. Beberapa mimpi memiliki pesan dan penafsiran yang jelas jika dilihat dari pengalaman pribadi individu yang bermimpi. Mengenai hubungan mimpi dengan alam sadar, Freud berpendapat bahwa apapun yang ditawarkan oleh mimpi, individu mendapat materinya dari alam nyata.

Mimpi Dalam Pandangan Islam
Islam juga memiliki perhatian tersendiri terhadap mimpi. Bahkan dalam islam mimpi disebut sebagai salah satu dari tanda-tanda kenabian. Hal ini dikarenakan banyaknya tanda-tanda kenabian yang muncul melalui mimpi para Nabi.
Mimpi adalah suatu ungkapan yang dilihat seseorang ketika dalam keadaan tertidur.
Dalam pandangan islam mimpi terbagi menjadi 3 macam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Auf bin malik dari Ibnu Majah bahwa rosulullah bersabda:
 “ ada tiga jenis mimpi : yang pertama adalah mimpi yang berupa tipu muslihat dan gangguan yang datangnya dari setan untuk membuat manusia bersedih dan gundah, yang kedua mimpi yang terjadi karena sesuatu yang menjadi pikiran seseorang dikala ia terjaga sehingga ia memimpikannya. Dan yang ketiga adalah mimpi yang merupakan salah satu bagian dari empat puluh enam bagian kenabian”
Dari hadist di atas mimpi terbagi dalam 3 golongan yaitu :
1.        Mimpi yang baik atau indah, yakni mimpi yang didalamnya tidak ada unsure yang dibenci si pemimpi, tetapi mengandung maslahat untuk agama dan dunianya.
2.        Mimpi yang disebut sebagai seauatu yang dari pikiran. Rosulullah, SAW menamakan mimpi ini sebagai sesuatu yang menjadi bahan pikiran ketika seseorang terlalu memikirkan sesuatu sehingga terbawa tidurnya lalu ia memimpikannya.
3.        Mimpi yang buruk yang membuat si pemimpi sedih dan gundah, inilah mimpi yang berasal dari setan.
Islam meletakkan kaidah –kaidah pada setiap sesuatu yang mengandung unsur kebaikan bagi para individu dan masyarakat, islam membenarkan pula apa yang di yakini freud dalam teori analisisnya meskipun tidak seluruh anggapannya benar. Misalnya ketika Freud seringkali mengkait-kaitkan simbolisme dalam mimpi sebagai organ atau aktivitas seksual seperti; sepatu, sandal, dataran, kebun serta bunga sebagai perlambang vagina, sementara dasi diartikan sebagai penis, dan bahan dasi (linen) adalah lambang milik wanita. Sedangkan baju dan seragam melambangkan ketelanjangan. Islam tidak membenarkan hal tersebut dan menganggap bahwa sebuah symbol bisa jadi memiliki arti yang berbeda yang memiliki maksud tertentu misalkan mimpinya Nabi Yusuf AS. Yusuf as berkata “Aku melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan, yang kulihat semuanya sujud padaku”. Yusuf melihat saudara-saudaranya dalam bentuk bintang-bintang dan melihat ayah dan bibinya sebagai matahari dan bulan, ini sudut pandang Yusuf. Tetapi, dilihat dari sudut pandang siapapun juga, perwujudan saudara-saudara sebagai bintang, dan ayah serta bibinya sebagai matahari dan bulan dikaitkan dengan harapan dan doa mereka.

Menafsirkan Mimpi
Nabi Muhammad SAW. Sering bertanya kepada para sahabat mengenai mimpi mereka. Kalau ada di antara sahabat yang bermimpi lalu di ceritakannya kepada Muhammad SAW. Lalu beliyau menafsirkan mimpi tersebut. Namun tidak setiap mimpi harus di tafsirkan dan tidak setiap orang bisa menafsirkan mimpi. Ada kaidah-kaidah yang harus dimiliki bagi orang menafsirkan mimpi yaitu
1.        Orang tersebut adalah orang yang alim, mahir, dan paham dengan ilmu tafsir mimpi.
2.        Ia harus menafsirkannya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang baik.
3.        Hendaknya menyembunyikan aib orang yang bermimpi kepada orang lain.
4.        Orang yang menafsirkan mimpi haruslah orang yang memahami Al-quran dan Hadist cerdik, cekatan dan bertaqwa kepada Allah
5.        Apabila tidak mampu menfsirkannya hendaknya melimpahkannya kepada orang yang lebih tau.
Dengan demikian menafsirkan mimpi tanpa dasar ilmu merupakan sesuatu yang tidak boleh. Menurut Ibnu Al-Rabi orang alim akan berusaha menafsirkan mimpi seseorang atas dasar kebaikan selagi memungkinkan.  Orang bijak akan membimbing serta menolong orang tersebut menuju hal yang bermanfaat. Dan orang pintar merupakan orang yang mengetahui tafsir mimpi, ia akan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat dari mimpi tersebut atau diam jika ia merasa ragu akan tafsir mimpinya.




Jika kamu tertarik dengan blog ini, bantu komen.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

    PSIKOLOGI

    More on this category »

    SUFISME

    More on this category »

    AKTIVITAS

    More on this category »

    SERBA-SERBI

    More on this category »