ANALISIS MIMPI
By : Susi Kurniati
Pernah bermimpi? Sudah pasti pernah
ya. Banyak perbincangan yang dikaitkan dengan mimpi, mulai dari pembahasan
ilmiah sampai tentang primbon dalam mengartikannya. Meskipun fenomena
sehari-hari, mimpi tetap misteri buat kita. Apakah Kamu juga merasa demikian?
Ingin tahu misteri di balik mimpi kita? Nah, kali ini akan kita bicarakan
tentang bagaimana analisa mimpi
Berbicara tentang mimpi memang
menarik. Mimpi itu misterius, berwajah tanggung dan ambigu. Wujudnya kadang
kabur dan melompat-lompat, namun ada juga yang teratur dan punya alur.
Ketidakjelasan inilah yang membuat mimpi selalu menarik untuk dikaji.
Apa yang kita lihat atau alami di
mimpi, juga mendatangkan reaksi yang berbeda-beda. Ada yang tersugesti untuk
meyakininya sebagai kebenaran, ada juga yang menganggapnya seperti lampu-lampu
hias teman tidur.
Bagi yang meyakini kebenarannya
juga punya reaksi berbeda. Sebagian langsung merasakan emosi sebagai dampaknya,
misalnya senang dan berbunga-bunga atau sedih dan gundah gulana. Sebagian yang
lain menghubungkannya dengan kebenaran di masa lalu atau untuk meramalkan apa
yang akan terjadi di waktu yang akan datang.
Sejak beratus-ratus tahun yang lalu
nenek moyang kita bermimpi seperti halnya kita bermimpi pada saat ini dan
sebagian dari mereka menganggap bahwa mimpi adalah sesuatu yang memiliki arti
penting dan menganggapnya punya nilai, mereka menjadikan mimpi sebagai alat
untuk meramal masa depan dan mencari isyarat atau petanda dalam mimpinya
tersebut. Bagi masyarakat yunani tidak boleh ada tindakan apapun yang dilakukan
tanpa ada petunjuk dari penafsir mimpi. Penafsiran berarti menemukan
makna-makna tersembunyi dari mimpi tersebut.
Tafsir mimpi juga dilakukan oleh Nabi
Ya’qub AS. sebagai nabi yang Juga menafsirkan mimpi sang anak yaitu nabi Yusuf
AS. (QS. Yusuf 4-6) nabi Ya’qub memahami bahwa putranya Yusuf AS. Akan menjadi
seorang nabi melalui tafsiran atas mimpi anaknya.
Menurit Ibnu Qutaibah mimpi ada dua
yaitu Ar-Ru’ya dan Al-Hulm kedua kata ini sama-sama berarti mimpi
yaitu merupakan sesuatu yang dilihat oleh orang yang sedang tidur. Lafal ar-ru’ya
biasanya digunakan untuk untuk mengistilahkan mimpi yang baik dan
indahsedangkan lafal al-hulm biasanya digunakan untuk mimpi yang
buruk dan jahat. Menurut orang-orang arab (At-Turabatsyi) pemisahan lafal
al-hulm dengan ar-ru’ya adalah untuk membedakan yang buruk dengan
yang batil. Mimpi yang berasal dari Allah atau mimpi yang baik yang di
istilahkan sebagai ar-ru’ya sedangkan lafal al-hulm
dipakai untuk mimpi yang buruk yaitu mimpi yang berasal dari setan.
Mimpi Menurut Sigmund Freud
Mimpi merupakan ekspresi yang
terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang tidak bisa di
ungkapkan dalam keadaan terjaga. Misalnya seorang anak yang biasa di buli
teman-temannya di sekolah dia bermimpi balas memukuli atau membunuh teman yang
membulinya.
Freud seringkali mengidentifikasi
mimpi sebagai hambatan aktivitas mental tak sadar dalam mengungkapkan sesuatu
yang dipikirkan individu, beriringan dengan tindakan psikis yang salah, slip
bicara (slips of the tongue), maupun lelucon.
Freud juga menjelaskan bahwa
analisis mimpi perlu dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi pada pemimpi dalam
kehidupan nyata. Terutama untuk peristiwa yang terjadi pada hari sebelumnya. Sebagian
besar cerminan interpretasi mimpi berisi ketakutan, keinginan, dan emosi yang
ada dalam pikiran bawah sadar.
Mimpi negatif dapat ditafsirkan
sebagai peristiwa yang pemimpi berharap tidak akan terjadi. Misalnya saat kita
bermimpi ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi, itu berarti kita berharap
bahwa orang yang kita sayangi tidak akan meninggalkan kita.
Freud percaya bahwa mimpi adalah
manifestasi dari harapan yang muncul dari pikiran alam bawah sadar yang sulit
diakses kedalam alam sadar karena didalamnya terdapat berbagai emosi, termasuk
ketakutan terbesar dan keinginan-keinginan yang bahkan tidak disadari karena
ditekan oleh individu tersebut. Hal ini bisa disebabkab karena norma-norma
dalam komunitas yang melarangnya, ataupun karena situasi yang tidak
memungkinkan impuls-impuls tersebut termanifestasi. Maka, impuls-impuls
tersebut tersimpan dalam alam ketidaksadaran seseorang yang akhirnya suatu
waktu muncul di alam mimpi. Sama juga dengan mimpi buruk, tapi kebalikannya.
Dalam mimpi buruk yang muncul adalah hal-hal yang sama sekali tidak diharapkan
terjadi dialam sadar.
Freud menggunakan mimpi sebagai
salah satu metode untuk menangani gangguan psikologis kliennya, yang disebut Analisis
mimpi. Metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar
atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran,
kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Analisis mimpi ini
dimaksudkan untuk memberi jalan untuk mempermudah analisis psikologis terhadap
neurosis
Freudian teori juga menyatakan
bahwa mimpi membawa pesan. Alam bawah sadar tidak berkomunikasi dengan
kata-kata melainkan dengan simbol dan emosi melalui mimpi. Beberapa mimpi
memiliki pesan dan penafsiran yang jelas jika dilihat dari pengalaman pribadi
individu yang bermimpi. Mengenai hubungan mimpi dengan alam sadar, Freud
berpendapat bahwa apapun yang ditawarkan oleh mimpi, individu mendapat
materinya dari alam nyata.
Mimpi Dalam Pandangan Islam
Islam juga memiliki perhatian
tersendiri terhadap mimpi. Bahkan dalam islam mimpi disebut sebagai salah satu
dari tanda-tanda kenabian. Hal ini dikarenakan banyaknya tanda-tanda kenabian
yang muncul melalui mimpi para Nabi.
Mimpi adalah suatu ungkapan yang
dilihat seseorang ketika dalam keadaan tertidur.
Dalam pandangan islam mimpi terbagi
menjadi 3 macam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Auf bin malik dari Ibnu
Majah bahwa rosulullah bersabda:
“ ada
tiga jenis mimpi : yang pertama adalah mimpi yang berupa tipu muslihat dan
gangguan yang datangnya dari setan untuk membuat manusia bersedih dan gundah,
yang kedua mimpi yang terjadi karena sesuatu yang menjadi pikiran seseorang
dikala ia terjaga sehingga ia memimpikannya. Dan yang ketiga adalah mimpi yang
merupakan salah satu bagian dari empat puluh enam bagian kenabian”
Dari hadist di atas mimpi terbagi
dalam 3 golongan yaitu :
1.
Mimpi yang
baik atau indah, yakni mimpi yang didalamnya tidak ada unsure yang dibenci si
pemimpi, tetapi mengandung maslahat untuk agama dan dunianya.
2.
Mimpi yang
disebut sebagai seauatu yang dari pikiran. Rosulullah, SAW menamakan mimpi ini
sebagai sesuatu yang menjadi bahan pikiran ketika seseorang terlalu memikirkan
sesuatu sehingga terbawa tidurnya lalu ia memimpikannya.
3.
Mimpi yang
buruk yang membuat si pemimpi sedih dan gundah, inilah mimpi yang berasal dari
setan.
Islam meletakkan kaidah –kaidah
pada setiap sesuatu yang mengandung unsur kebaikan bagi para individu dan
masyarakat, islam membenarkan pula apa yang di yakini freud dalam teori
analisisnya meskipun tidak seluruh anggapannya benar. Misalnya ketika Freud
seringkali mengkait-kaitkan simbolisme dalam mimpi sebagai organ atau aktivitas
seksual seperti; sepatu, sandal, dataran, kebun serta bunga sebagai perlambang
vagina, sementara dasi diartikan sebagai penis, dan bahan dasi (linen) adalah
lambang milik wanita. Sedangkan baju dan seragam melambangkan ketelanjangan.
Islam tidak membenarkan hal tersebut dan menganggap bahwa sebuah symbol bisa
jadi memiliki arti yang berbeda yang memiliki maksud tertentu misalkan mimpinya
Nabi Yusuf AS. Yusuf as berkata “Aku melihat sebelas bintang, matahari, dan
bulan, yang kulihat semuanya sujud padaku”. Yusuf melihat saudara-saudaranya
dalam bentuk bintang-bintang dan melihat ayah dan bibinya sebagai matahari dan
bulan, ini sudut pandang Yusuf. Tetapi, dilihat dari sudut pandang siapapun
juga, perwujudan saudara-saudara sebagai bintang, dan ayah serta bibinya
sebagai matahari dan bulan dikaitkan dengan harapan dan doa mereka.
Menafsirkan Mimpi
Nabi Muhammad SAW. Sering bertanya
kepada para sahabat mengenai mimpi mereka. Kalau ada di antara sahabat yang
bermimpi lalu di ceritakannya kepada Muhammad SAW. Lalu beliyau menafsirkan
mimpi tersebut. Namun tidak setiap mimpi harus di tafsirkan dan tidak setiap
orang bisa menafsirkan mimpi. Ada kaidah-kaidah yang harus dimiliki bagi orang
menafsirkan mimpi yaitu
1.
Orang tersebut
adalah orang yang alim, mahir, dan paham dengan ilmu tafsir mimpi.
2.
Ia harus
menafsirkannya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang baik.
3.
Hendaknya
menyembunyikan aib orang yang bermimpi kepada orang lain.
4.
Orang yang
menafsirkan mimpi haruslah orang yang memahami Al-quran dan Hadist cerdik,
cekatan dan bertaqwa kepada Allah
5.
Apabila tidak
mampu menfsirkannya hendaknya melimpahkannya kepada orang yang lebih tau.
Dengan demikian menafsirkan mimpi
tanpa dasar ilmu merupakan sesuatu yang tidak boleh. Menurut Ibnu Al-Rabi orang
alim akan berusaha menafsirkan mimpi seseorang atas dasar kebaikan selagi
memungkinkan. Orang bijak akan
membimbing serta menolong orang tersebut menuju hal yang bermanfaat. Dan orang
pintar merupakan orang yang mengetahui tafsir mimpi, ia akan mengajarkan
sesuatu yang bermanfaat dari mimpi tersebut atau diam jika ia merasa ragu akan
tafsir mimpinya.
0 komentar:
Posting Komentar