Kamis, 31 Mei 2012

Galau Memicu Gangguan Jiwa

Galau, kata itu sudah tidak asing lagi didengar dewasa ini. Bila diperhatikan, tidak jarang kita menemui status facebook atau twitter yang berisi kegalauan dari pemilik akun. Biasanya mereka menunjukkan kegalauan dengan status mengeluh, menunjukkan diri sedang resah, bingung, dan pikiran kacau. ya, galau adalah salah satu bentuk kecemasan.
Mirisnya, galau sudah menjadi tren bagi kalangan remaja sekarang ini. Padahal galau yang memiliki intensitas yang terlalu sering, bisa mengakibatkan gangguan kejiwaan pada remaja. Gangguan tersebut dinamakan dengan bipolar, yaitu sebuah bentuk gangguan jiwa yang bersifat episodik atau berulang dalam jangka waktu tertentu. Gangguan ini biasa dimulai dari gejala perubahan mood (suana hati) dan bisa terjadi seumur hidup.


paradigma psikopatologis



Gangguang bipolar ditandai dengan gejala-gejala perubahan mood. Orang yang sedang mengalami galau, bisa dipastikan ia mudah mengalami depresi. namun perlu dicermati bahwa kita tidak bisa menghukumi orang yang galau itu pasti mengalami bipolar. Keadaan galau tersebut bisa jadi merupakan upaya dalam proses penyesuaian diri pada keadaan atau bisa jadi memang sudah merupakan episode depresi.
Episode depresi terjadi pada orang yang mengidap masa depresi setiap hari dengan minimum waktu dua pekan. Hal ini dapat terlihat dari perilakunya, yang tidak mau bertemu dengan orang-orang, pesimistik, memikirkan sesuatu yang nihilistik, maka kemungkinan untuk dapat terpicu bipolar 30 persen. Setiap orang pasti dapat merasakan sedih dan pesimis. Namun bila itu terjadi terus menerus atau disebut sebagai episode depresi.

Gangguan Bipolar kerap kali menimbulkan ide untuk bunuh diri pada penderitanya. Tindakan ini seringkali terjadi saat awal sakit dan berhubungan dengan episode depresi berat dan fase disforik agitatif khususnya setelah episode depresi berat berulang. tercatat bahwa angka bunuh diri bekisar 0,4 persen per tahun pada laki-laki dan perempuan yang terdiagnosis bipolar.
Untuk mengatasi kegalauan agar tidak menjadikan gangguan jiwa, dalam hal ini seseorang perlu berfikir positif, logis dan realistis. tujuannya adalah selain memperbaiki mood yang menyimpang, juga mengembalikan keseimbangan diri sehingga kemungkinan untuk menjadikan gangguan jiwa itu hilang.[]


*hasil diskusi publik HMJ Tasawuf dan Psikoterapi pada tanggal 30 Mei 2012 di Laboratorium Fak. Ushuluddin

Jika kamu tertarik dengan blog ini, bantu komen.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

    PSIKOLOGI

    More on this category »

    SUFISME

    More on this category »

    AKTIVITAS

    More on this category »

    SERBA-SERBI

    More on this category »